Vrydag 05 April 2013

Teori Hubungan Interpersonal



A.  Pengertian Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship.
Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.

B. Teori Hubungan Interpersonal Heider
 Teori tentang Hubungan Interpersonal (antarmanusia) dari Heider (1958)
Heider menganut metode konstruksi dari Lewin, menggunakan istilah sehari-hari yang digunakan orang awam, sehingga Psikologi Heider disebut juga psikologi common-sense. Alasan Heider adalah bahwa common-sense (logika berpikir sehari-hari) merupakan hal yang mengatur tingkah laku orang terhadap orang lain dan mengandung banyak kebenaran.
Berdasarkan cara pendekatan common-sense, menurut Heider tingkah laku interpersonal dapat diuraikan menjadi 10 aspek, yaitu :
a.   Mengamati orang lain
Pengamatan terhadap orang memiliki kemampuan emosi, kehendak, keinginan dan sentimen, yang tidak ada pada benda mati. Lagipula seseorang (P) yang mengamati orang lain (O) tahu bahwa O tersebut juga mengamati P kembali, sehingga dalam pengamatan timbal balik itu, baik P maupun O menghadapi 2 pengalaman, yaitu pengalaman fenomenal adalah segala sesuatu yang terjadi dalam hubungan orang dengan lingkungannya, dan pengalaman kausal dimana orang yang bersangkutan mencoba menganalisa faktor-faktor atau kondisi-kondisi yang mendasari pengalaman fenomenal tersebut diatas.
Heider berpendapat bahwa proses pengamatan terbagi dalam 2 bagian, yaitu busur pengamatan (perceptual arc) yang melibatkan objek-objek di luar diri P sendiri (disebut rangsang “distal”) dan pengamatan (percept) itu sendiri, di mana rangsangan distal yang sudah kontak dengan penginderaan sudah berubah menjadi rangsang “proksimal” (rangsang dalam bentuknya yang sudah diolah oleh penginderaan). Didalam proses pengamatan ada mediasi yang bersifat “synonym” dan dapat juga bersifat meragukan (ambiguous). Mediasi selalu terkait (embedded) dengan situasi keseluruhan, sehingga Heider membedakan antara rangsang local dan rangsang total (keseluruhan). Rangsang local adalah bagian dari pengamatan (percept), sedangkan rangsang total adalah situasi keseluruhan di mana rangsang total terkait.

b.  Orang lain sebagai pengamat
Dalam pengamatannya terhadap lingkungannya, termasuk terhadap orang lain (O), seseorang (P) menyadari bahwa O juga mengamati P. Pengetahuan ini berpengaruh terhadap P dalam 3 hal, yaitu tindakannya, harapannya dan sifat-sifatnya.
Pengamatan O terhadap objek lain ini (X) juga diketahui P dan berpengaruh pada P, karena :
1)   Pengetahuan O tentang X menyebabkan O dapat lebih menguasai lingkungannya yang juga lingkungan P.
2)   O menilai X: positif atau negatif, menyenangkan atau tak menyenangkan. Penilaian O bisa sejalan atau tidak sejalan dengan penilaian P.
3)   Timbul motivasi pada O untuk melakukan tindakan lebih lanjut tentang X.
4)    O mampu melaporkan tentang X kepada orang-orang di luar P.
5)    Persamaan pandangan antara O dengan orang lain tentang X menyebabkan timbulnya kebersamaan (communion) antara O dengan orang lain.
 
c.  Analisis yang naïf terhadap tindakan orang
Dalam menginterpretasi tindakan orang lain itu dilakukan analisis secara sederhana (naïf) dan dalam analisis itu dicari sifat-sifat bawaan (dispotitional properties) dari orang yang sedang diamati tersebut. Sifat-sifat bawaan adalah factor-faktor yang mendasari perilaku seseorang yang tidak berubah-ubah (permanen). Sifat-sifat bawaan inilah yang membuat perilaku orang dapat diperkirakan, stabil dan dapat dikendalikan.
Sifat-sifat bawaan ini dalam teori Heider penting artinya, karena merupakan bagian dari daya (forces) yang datang dari diri pribadi (personal forces). Sebagai penganut mazhab Lewin, Heider mengemukakan bahwa tingkah laku adalah hasil dari dua daya, yaitu
1)     daya pribadi (personal factors)
Dianalisis lebih lanjut oleh Heider dan dinyatakan terdiri dari 2 faktor yaitu  :
a.       factor kekuasaan (power), ditentukan oleh kesanggupan (ability)
b.       factor motivasi, ditentukan oleh keinginan (intention, yaitu apa yang dicobanya untuk diperbuat) dan usaha (exertion, yaitu seberapa kuat ia mencoba) daya yang datang dari lingkungan (environmental forces)

d.  Kausalitas personal dan impersonal
Dalam kausalitas personal, P dengan sengaja menghasilkan X. Tujuan P (yaitu X) adalah tetap (equifinality) dan untuk mencapai tujuan itu P akan mengubah-ubah tindakannya kalau ia menghadapi situasi yang berbeda-beda. Motivasi P di sini tidak berpengaruh, karena daya lingkungan yang lebih menentukan. Berarti P tidak bertanggung jawab atas gejala yang timbul (X).
Heider mengemukakan 5 tingkatan tanggung jawab P, yaitu :
1)    P bertanggung jawab sepenuhnya atas suatu kejadian yang ada kaitannya dengan dirinya.
2)    P bertanggung jawab atas suatu kejadian yang berkaitan dengan tindakan-tindakan yang memang sudah ditugaskan kepadanya, terlepas apakah ia bisa mengetahui lebih dahulu akibat-akibat itu atau tidak.
3)    P bertanggung jawab atas hasil-hasil dari tindakan-tindakannya yang sudah bisa  diperhitungkan terlebih dahulu.
4)    P hanya bertanggung jawab tentang hal-hal yang dengan sengaja (atas keinginannya sendiri) ditimbulkannya. Pada tingkah inilah letak kausalitas personal.
5)     P tidak perlu terlalu bertanggung jawab atas hal-hal yang ditimbulkannya jika situasi lingkungan yang menghendaki. 

e.       Hasrat dan kesenangan
Hasrat merupakan prakondisi dari percobaan. Sedangkan kesenangan (pleasure) adalah pengalaman yang timbul akibat (setelah) percobaan. Hasrat dan tindakan sangat erat hubungannya. Jika P mempunyai hasrat terhadap X, maka ia akan mencoba melakukan sesuatu untuk mendapatkan X. Jika X sudah diperoleh maka P mengalami kepuasan. Dalam hubungan dengan hasrat ini, ada 2 macam hubungan P dengan X, yaitu nilai (value) dan jarak (distance).

f.    Sentimen
Sentimen adalah perasaan yang timbul pada seseorang (P) kepada orang lain (O) atau benda-benda lain (X). Sentimen ada 2 macam :




1)     Positif, suka (like)
Pembentukan unit terjadi jika dua orang atau lebih saling mempunyai sentimen positif (saling menyukai) sehingga mereka merasa saling memiliki.
2)     Negatif, tidak suka (dislike)
Orang-orang yang berada dalam interaksi terpaksa melakukan sesuatu untuk mempe   rtahankan sentimen-sentimen positif, maka hubungan interpersonal yang bersangkutan berada dalam keadaan :disharmonis”.

g.    Keharusan dan nilai
Keharusan adalah hal-hal yang dituntut oleh lingkungan (bukan oleh orang lain) untuk dilakukan P. Jadi keharusan bersifat impersonal. Tetapi keharusan penting juga artinya dalam hubungan interpersonal oleh karena semua orang dalam lingkungan itu harus melakukannya. Nilai juga bersifat impersonal. Jadi kalau suatu hal dianggap bernilai oleh P, maka P menganggap hal tersebut positif. Perbedaan antara keduanya adalah bahwa keharusan merupakan hasil dari daya-daya yang secara nyata selalu bekerja, sedangkan nilai lebih merupakan daya yang masih potensial dan baru muncul dalam bentuk perilaku dalam keadaan-keadaan tertentu.

h.  Permintaan dan perintah
Ada 5 macam cara P mempengaruhi tingkah laku O :
1)    P mengubah valensi (nilai) untuk O, sehingga X yang tidak menarik bagi O berubah jadi menarik.
2)    P menunjukkan pada O akibat-akibat yang menyenangkan dari X.
3)    P menciptakan nilai-nilai tambahan buat O tentang X dengan menjanjikan hadiah (ganjaran) atau hukuman.
4)     P meminta O melakukan X
5)     P memerintahkan O melakukan X.
Dua cara terakhir, yaitu permintaan (request) dan perintah (command), masing-masing didasarkan pada sentimen dan kekuasaan. Permintaan dasarnya adalah sentimen positif, di mana P bergantung pada O dalam mengharapkan hasil X. Sebaliknya perintah didasarkan pada kekuasaan P terhadap O. O harus melaksanakan apa yang diperintahkan P karena P dapat melakukan sesuatu yang mempengaruhi O.

i.  Keuntungan dan kerugian
Jika O melakukan apa yang diminta atau diperintahkan P, maka O memberi keuntungan (benefit) kepada P karena ia memberikan X yang bernilai positif karena P. sebaliknya, kalau O tidak melakukan apa yang diminta atau diperintahkan P, maka O akan merugikan (barm) P, karena X yang bernilai positif tidak diperoleh P.

j.   Reaksi terhadap pengalaman orang lain 
Persepsi terhadap pengalaman orang lain (o) menimbulkan reaksi yang oleh psikologi common sense disebut “emosi”. Emosi ini ada yang concordant, ada yang discordant. Emosi concordant ada dua macam yaitu: ikut bersuka (pengalaman positif dari O berarti positif juga buat P) atau ikut berduka (pengalaman negatif dari O menimbulkan pengalaman negatif pada P). Emosi yang discordant juga ada dua macam yaitu: Iri hati (pengalaman positif O menyebabkan pengalaman negatif pada P) dan kegembiraan yang jahil (pengalaman negatif O justru menyebabkan pengalaman positif P)
Emosi yang concordant dikatakan oleh Heider sebagai ungkapan perasaan simpati  yang sejati. Perasaan simpati yang sejati perlu dibedakan dengan gejolak emosi yang sesaat dalam arti bahwa simpati lebih dalam terkait dengan perasaan-perasaan orang lain sedangkan gejolak emosi hanya berkaitan dengan keadaan orang lain pada saatsaat tertentu saja.
Reaksi P terhadap pengalaman O dipengaruhi oleh :
1)     Sentimen P terhadap O
2)     Pengalaman-pengalaman P sendiri
3)     Persamaan-persamaan P dengan O

C.  Teori Mengenai Hubungan Interpersonal
Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai hubungan interpersonal,
yaitu:
1.  Model Pertukaran Sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua orang pemuka dari teori ini menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut: “Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya”. 
Ganjaran yang dimaksud adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Sedangkan yang dimaksud dengan biaya adalah akibat yang negatif yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat menimbulkan efek-efek tidak menyenangkan.


2.  Model Peranan
Model peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertidak sesuai dengan peranannya.

3.  Model Interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan. Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderungan untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium dari sistem terganggu, segera akan diambil tindakannya. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan.

D.  Tujuan Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal mungkin mempunyai beberapa tujuan. Di sini akan dipaparkan 6 tujuan, antara lain ( Muhammad, 2004, p. 165-168 ) :

a.      Menemukan Diri Sendiri
            Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain.Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri.


b.      Menemukan dunia luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari.

c.       Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti
      Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.

d.      Berubah Sikap Dan Tingkah Laku
Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah.

e.        Untuk Bermain Dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pecan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran.

f.        Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya.




E. Efektivitas Komunikasi Interpersonal

Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).( Devito, 1997, p.259-264 ).
1. Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.
Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan.Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.
Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama tunggal).

2. Empati (empathy)
Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama.
Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang.
Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.

3. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.

4. Sikap positif (positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.
Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.

5. Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya,, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
 Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan,
ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.

F.  Tahap Hubungan Interpersonal
Adapun tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal, yaitu:
1.  Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa  peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan  proses mengungkapkan diri.
Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.  Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu: a) informasi demografis; b) sikap dan pendapat (tentang orang atau objek); c) rencana yang akan datang; d)kepribadian; e) perilaku pada masa lalu; f) orang lain; serta g) hobi dan minat.

2.  Peneguhan Hubungan
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu: a) keakraban; b) kontrol; c)respon yang tepat; dan d) nada emosional yang tepat.
a)      Keakraban
Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan interpersonal akan terperlihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan.
b)      Kontrol
Faktor kedua adalah kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana. Jika dua orang mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan, siapakah yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan, dan siapakah yang dominan. Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau tidak ada pihak yang mau mengalah.
c)       Ketepatan respon
Ketepatan respon Dimana, respon A harus diikuti oleh respon yang sesuai dari B. Dalam percakapan misalnya, pertanyaan harus disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa, permintaan keterangan dengan penjelasan. Respon ini bukan saja berkenaan dengan pesan pesan verbal, tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan yang serius dijawab dengan main-main, ungkapan wajah yang bersungguh-sungguh diterima dengan air muka yang menunjukkan sikap tidak percaya, maka hubungan interpersonal mengalami keretakan. Ini berarti kita sudah memberikan respon yang tidak tepat.
d)     Keserasian
Faktor terakhir yang dapat memelihara hubungan interpersonal adalah keserasian suasana emosional ketika komunikasi sedang berlangsung. Walaupun mungkin saja terjadi interaksi antara dua orang dengan suasana emosional yang berbeda, tetapi interaksi itu tidak akan stabil. Besar kemungkinan salah satu pihak akan mengakhiri interaksi atau mengubah suasana emosi.

3.  Pemutusan Hubungan
Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:

a.  Kompetisi dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang lain.
b. Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain sehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
c.  Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.
d. Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e.    Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.

G.  Jenis Hubungan Interpersonal
Terdapat beberapa jenis hubungan interpersonal, yaitu:
             a) berdasarkan jumlah individu yang terlibat
 b) berdasarkan tujuan yang ingin dicapai
 c) berdasarkan jangka waktu
 d) berdasarkan tingkat kedalaman atau keintiman.
Hubungan interpersonal berdasarkan jumlah individu yang terlibat, dibagi menjadi 2, yaitu hubungan diad dan hubungan triad. Hubungan diad merupakan hubungan atara dua individu. Kebanyakan hubungan kita dengan orang lain bersifat diadik. William Wilmot mengemukakan beberapa ciri khas hubungan diad, dimana setiap hubungan diad memiliki tujuan khusus, individu dalam hubungan diad menampilkan wajah yang berbeda dengan ‘wajah’ yang ditampilkannya dalam hubungan diad yang lain, dan pada hubungan diad berkembang pola komunikasi (termasuk pola berbahasa) yang unik/ khas yang akan membedakan hubungan tersebut dengan hubungan diad yang lain. Sedangkan hubungan triad merupakan hubungan antara tiga orang. Hubungan triad ini memiliki ciri lebih kompleks, tingkat keintiman/ kedekatan anatar individu lebih rendah, dan keputusan yang diambil lebih didasarkan voting atau suara terbanyak (dalam hubungan diad, keputusan diambil melalui negosiasi).
Hubungan interpersonal berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, dibagi menjadi 2, yaitu hubungan tugas dan hubungan sosial. Hubungan tugas merupakan sebuah hubungan yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak dapat dikerjakan oleh individu sendirian. Misalnya hubungan antara pasien dengan dokter, hubungan mahasiswa dalam kelompok untuk mengerjakan tugas, dan lain-lain. Sedangkan hubungan sosial merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengan tujuan untuk menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini terbentuk (baik secara personal dan sosial). Sebagai contoh adalah hubungan dua sahabat dekat, hubungan dua orang kenalan saat makan siang dan sebagianya.

Hubungan interpersonal berdasarkan jangka waktu juga dibagi menjadi 2, yaitu hubungan jangka pendek dan hubungan jangka panjang. Hubungan jangka pendek merupakan hubungan yang hanya berlangsung sebentar. Misalnya hubungan antara dua orang yang saling menyapa ketika bertemu di jalan. Sedangkan hubungan jangka panjang berlangsung dalam waktu yang lama. Semakin lama suatu hubungan semakin banyak investasi yang ditanam didalamnya (misalnya berupa emosi atau perasaaan, materi, waktu, komitmen dan sebagainya). Dan karena investasi yang ditanam itu banyak maka semakin besar usaha kita untuk mempertahankannya.
Selain ketiga jenis hubungan interpersonal yang sudah dijelaskan di atas, masih terdapat satu lagi jenis hubungan interpersonal yang didasarkan atas tingkat kedalaman atau keintiman, yaitu hubungan biasa dan hubungan akrab atau intim. Hubungan biasa merupakan hubungan yang sama sekali tidak dalam atau impersonal atau ritual. Sedangkan hubungan akrab atau intim ditandai dengan penyingkapan diri (self-disclosure). Makin intim suatu hubungan, makin besar kemungkinan terjadinya penyingkapan diri tentang hal-hal yang sifatnya pribadi. Hubungan intim terkait dengan jangka waktu, dimana keintiman akan tumbuh pada jangka panjang. Karena itu hubungan intim akan cenderung dipertahankan karena investasi yang ditanamkan individu di dalamnya dalam jangka waktu yang lama telah banyak. Hubungan ini bersifat personal dan terbebas dari hal-hal yang ritual. 



H. Faktor Yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi hubungan interpersonal, yaitu:
1.  Komunikasi efektif
Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan antara pemangku kepentingan terbangun dalam situasi komunikatif—interaktif dan menyenangkan. Efektivitas komunikasi sangat ditentukan oleh validitas informasi yang disampaikan dan keterlibatan dalam memformulasikan ide atau gagasan secara bersama. Bila berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan pandangan akan membuat gembira, suka dan nyaman. Sebaliknya bila berkumpul dengan orang atau kelompok yang benci akan membuat tegang resah dan tidak enak.

2.  Ekspresi wajah
Ekspresi wajah menimbulkan kesan dan persepsi yang sangat menentukan penerimaan individu atau kelompok. Senyuman yang dilontarkan akan menunjukkan ungkapan bahagia, mata melotot sebagai kemarahan dan seterusnya. Wajah telah lama menjadi sumber informasi dalam komunikasi interpersonal. Wajah merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam menyampaikan makna dalam beberapa detik raut wajah akan menentukan dan menggerakkan keputusan yang diambil. Kepekaan menangkap emosi wajah sangat menentukan kecermatan tindakan yang akan diambil.


3.  Kepribadian
Kepribadian sangat menentukan bentuk hubungan yang akan terjalin. Kepribadian mengekspresikan pengalaman subjektif seperti kebiasaan, karakter dan perilaku. Faktor kepribadian lebih mengarah pada bagaimana tanggapan dan respon yang akan diberikan sehingga terjadi hubungan. Tindakan dan tanggapan terhadap pesan sangat tergantung pada pola hubungan pribadi dan karakteritik atau sifat yang dibawanya.

4.  Stereotyping
Stereotyping merupakan cara yang banyak ditemukan dalam menilai orang lain yang dinisbatkan pada katagorisasi tertentu. Cara pandang ini kebanyakan menimbulkan prasangka dan gesekan yang cukup kuat, terutama pada saat pihak-pihak yang berkonflik sulit membuka jalan untuk melakukan perbaikan. Individu atau kelompok akan merespon pengalaman dan lingkungan dengan cara memperlakukan anggota masyarakat secara berbeda atau cenderung melakukan pengelompokan menurut jenis kelamin, cerdas, bodoh, rajin, atau malas. Penggunaan cara ini untuk menyederhanakan begitu banyak stimuli yang diterimanya dan merupakan pengkatagorian pengalaman untuk memperoleh informasi tambahan dengan segera.

5.  Kesamaan karakter personal
Manusia selalu berusaha mencapai konsistensi dalam sikap dan perilakunya atau kita cenderung menyukai orang lain, kita ingin mereka memilih sikap yang sama dengan kita, dan jika menyukai orang, kita ingin memilih sikap mereka yang sama. Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, norma, aturan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tingkat sosial ekonomi, budaya,agama, ideologis, cenderung saling menyukai dan menerima keberadaan masing-masing. 
6.  Daya tarik
Dalam hukum daya tarik dapat dijelaskan bahwa cara pandang orang lain terhadap diri individu akan dibentuk melalui cara berfikir, bahasa dan tindakan yang khas. Orang pintar, pandai bergaul, ganteng atau cantik akan cenderung ditanggapi dan dinilai dengan cara yang menyenangkan dan dianggap memiliki sifat yang baik. Meskipun apa yang disebut gagah, cantik atau pandai bergaul belum disepakati, namun sebagian relatif menerima orang sebagai pandai cantik atau gagah. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik seseorang baik fisik maupun karakter sering menjadi penyebab tanggapan dan penerimaan personal. Orang-orang yang memiliki daya tarik cederung akan disikapi dan diperlakukan lebih baik, sopan dan efektif untuk mempengaruhi pendapat orang lain.
7.  Ganjaran
Seseorang lebih menyenangi orang lain yang memberi penghargaan atau ganjaran berupa pujian, bantuan, dorongan moral. Kita akan menyukai orang yang menyukai dan memuji kita. Interaksi sosial ibaratnya transaksi dagang, dimana seseorang akan melanjutkan interaksi bila laba lebih banyak dari biaya. Bila pergaulan seorang pendamping masyarakat dengan orang-orang disekitarnya sangat menyenangkan, maka akan sangat menguntungkan ditinjau dari keberhasilan program, menguntungkan secara ekonomis, psikologis dan sosial. 

8.  Kompetensi
Setiap orang memiliki kecenderungan atau tertarik kepada orang lain karena prestasi atau kemampuan yang ditunjukkannya. Masyarakat akan cenderung menanggapi informasi dan pesan dari orang berpengalaman, ahli dan profesional serta mampu memberikan kontribusi secara intelektual, sikap dan mampu memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi. Dalam situasi krisis, para pihak yang berkonflik membutuhkan bantuan teknis dan bimbingan dari individu yang dipercaya dan mampu menumbuhkan kerjasama untuk mendorong penyelesaian.

















Daftar Rujukan

Sarwono, Sarlito Wirawan.2003.Teori-teori Psikologi Sosial.Jakarta:CV Rajawali
di akses tanggal 10 september 2012 pukul 19.30
di akses tanggal 10 september 2012 pukul 19.45
diakses tanggal 15 september 2012 pukul 19.20