A. Pengertian Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah dimana
ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi
juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi
kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship.
Dari segi psikologi komunikasi, kita
dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang
untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentang orang lain dan
persepsi dirinya; sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara
komunikan.
B. Teori Hubungan Interpersonal
Heider
Teori
tentang Hubungan Interpersonal (antarmanusia) dari Heider (1958)
Heider
menganut metode konstruksi dari Lewin, menggunakan istilah sehari-hari yang
digunakan orang awam, sehingga Psikologi Heider disebut juga psikologi common-sense.
Alasan Heider adalah bahwa common-sense (logika berpikir sehari-hari)
merupakan hal yang mengatur tingkah laku orang terhadap orang lain dan
mengandung banyak kebenaran.
Berdasarkan
cara pendekatan common-sense, menurut Heider tingkah laku interpersonal
dapat diuraikan menjadi 10 aspek, yaitu :
a. Mengamati
orang lain
Pengamatan
terhadap orang memiliki kemampuan emosi, kehendak, keinginan dan sentimen, yang
tidak ada pada benda mati. Lagipula seseorang (P) yang mengamati orang lain (O)
tahu bahwa O tersebut juga mengamati P kembali, sehingga dalam pengamatan
timbal balik itu, baik P maupun O menghadapi 2 pengalaman, yaitu pengalaman
fenomenal adalah segala sesuatu yang terjadi dalam hubungan orang dengan
lingkungannya, dan pengalaman kausal dimana orang yang bersangkutan
mencoba menganalisa faktor-faktor atau kondisi-kondisi yang mendasari
pengalaman fenomenal tersebut diatas.
Heider
berpendapat bahwa proses pengamatan terbagi dalam 2 bagian, yaitu busur
pengamatan (perceptual arc) yang melibatkan objek-objek di luar diri P
sendiri (disebut rangsang “distal”) dan pengamatan (percept) itu
sendiri, di mana rangsangan distal yang sudah kontak dengan penginderaan sudah
berubah menjadi rangsang “proksimal” (rangsang dalam bentuknya yang sudah
diolah oleh penginderaan). Didalam proses pengamatan ada mediasi yang bersifat
“synonym” dan dapat juga bersifat meragukan (ambiguous). Mediasi selalu
terkait (embedded) dengan situasi keseluruhan, sehingga Heider
membedakan antara rangsang local dan rangsang total (keseluruhan). Rangsang
local adalah bagian dari pengamatan (percept), sedangkan rangsang total
adalah situasi keseluruhan di mana rangsang total terkait.
b. Orang
lain sebagai pengamat
Dalam
pengamatannya terhadap lingkungannya, termasuk terhadap orang lain (O),
seseorang (P) menyadari bahwa O juga mengamati P. Pengetahuan ini berpengaruh
terhadap P dalam 3 hal, yaitu tindakannya, harapannya dan sifat-sifatnya.
Pengamatan
O terhadap objek lain ini (X) juga diketahui P dan berpengaruh pada P, karena :
1) Pengetahuan O tentang X menyebabkan
O dapat lebih menguasai lingkungannya yang juga lingkungan P.
2) O menilai X: positif atau negatif,
menyenangkan atau tak menyenangkan. Penilaian O bisa sejalan atau tidak sejalan
dengan penilaian P.
3) Timbul motivasi pada O untuk melakukan tindakan lebih lanjut
tentang X.
4) O mampu melaporkan tentang X kepada orang-orang di luar P.
5) Persamaan pandangan antara O dengan
orang lain tentang X menyebabkan timbulnya kebersamaan (communion)
antara O dengan orang lain.
c. Analisis
yang naïf terhadap tindakan orang
Dalam
menginterpretasi tindakan orang lain itu dilakukan analisis secara sederhana
(naïf) dan dalam analisis itu dicari sifat-sifat bawaan (dispotitional
properties) dari orang yang sedang diamati tersebut. Sifat-sifat bawaan
adalah factor-faktor yang mendasari perilaku seseorang yang tidak berubah-ubah
(permanen). Sifat-sifat bawaan inilah yang membuat perilaku orang dapat
diperkirakan, stabil dan dapat dikendalikan.
Sifat-sifat
bawaan ini dalam teori Heider penting artinya, karena merupakan bagian dari
daya (forces) yang datang dari diri pribadi (personal forces).
Sebagai penganut mazhab Lewin, Heider mengemukakan bahwa tingkah laku adalah
hasil dari dua daya, yaitu
1) daya pribadi (personal factors)
Dianalisis
lebih lanjut oleh Heider dan dinyatakan terdiri dari 2 faktor yaitu :
a. factor kekuasaan (power),
ditentukan oleh kesanggupan (ability)
b. factor motivasi, ditentukan oleh
keinginan (intention, yaitu apa yang dicobanya untuk diperbuat) dan
usaha (exertion, yaitu seberapa kuat ia mencoba) daya yang datang dari
lingkungan (environmental forces)
d. Kausalitas
personal dan impersonal
Dalam
kausalitas personal, P dengan sengaja menghasilkan X. Tujuan P (yaitu X) adalah
tetap (equifinality) dan untuk mencapai tujuan itu P akan mengubah-ubah
tindakannya kalau ia menghadapi situasi yang berbeda-beda. Motivasi P di sini
tidak berpengaruh, karena daya lingkungan yang lebih menentukan. Berarti P
tidak bertanggung jawab atas gejala yang timbul (X).
Heider
mengemukakan 5 tingkatan tanggung jawab P, yaitu :
1) P bertanggung jawab sepenuhnya atas suatu kejadian yang ada
kaitannya dengan dirinya.
2) P bertanggung jawab atas suatu
kejadian yang berkaitan dengan tindakan-tindakan yang memang sudah ditugaskan
kepadanya, terlepas apakah ia bisa mengetahui lebih dahulu akibat-akibat itu
atau tidak.
3) P bertanggung jawab atas hasil-hasil
dari tindakan-tindakannya yang sudah bisa diperhitungkan terlebih dahulu.
4) P hanya bertanggung jawab tentang
hal-hal yang dengan sengaja (atas keinginannya sendiri) ditimbulkannya. Pada
tingkah inilah letak kausalitas personal.
5) P tidak perlu terlalu bertanggung
jawab atas hal-hal yang ditimbulkannya jika situasi lingkungan yang
menghendaki.
e. Hasrat dan kesenangan
Hasrat
merupakan prakondisi dari percobaan. Sedangkan kesenangan (pleasure)
adalah pengalaman yang timbul akibat (setelah) percobaan. Hasrat dan tindakan
sangat erat hubungannya. Jika P mempunyai hasrat terhadap X, maka ia akan
mencoba melakukan sesuatu untuk mendapatkan X. Jika X sudah diperoleh maka P
mengalami kepuasan. Dalam hubungan dengan hasrat ini, ada 2 macam hubungan P
dengan X, yaitu nilai (value) dan jarak (distance).
f. Sentimen
Sentimen
adalah perasaan yang timbul pada seseorang (P) kepada orang lain (O) atau
benda-benda lain (X). Sentimen ada 2 macam :
1) Positif, suka (like)
Pembentukan
unit terjadi jika dua orang atau lebih saling mempunyai sentimen positif
(saling menyukai) sehingga mereka merasa saling memiliki.
2) Negatif, tidak suka (dislike)
Orang-orang
yang berada dalam interaksi terpaksa melakukan sesuatu untuk mempe rtahankan sentimen-sentimen positif, maka
hubungan interpersonal yang bersangkutan berada dalam keadaan :disharmonis”.
g. Keharusan dan nilai
Keharusan
adalah hal-hal yang dituntut oleh lingkungan (bukan oleh orang lain) untuk
dilakukan P. Jadi keharusan bersifat impersonal. Tetapi keharusan penting juga
artinya dalam hubungan interpersonal oleh karena semua orang dalam lingkungan
itu harus melakukannya. Nilai juga bersifat impersonal. Jadi kalau suatu hal
dianggap bernilai oleh P, maka P menganggap hal tersebut positif. Perbedaan antara
keduanya adalah bahwa keharusan merupakan hasil dari daya-daya yang secara
nyata selalu bekerja, sedangkan nilai lebih merupakan daya yang masih potensial
dan baru muncul dalam bentuk perilaku dalam keadaan-keadaan tertentu.
h. Permintaan
dan perintah
Ada
5 macam cara P mempengaruhi tingkah laku O :
1) P mengubah valensi (nilai) untuk O,
sehingga X yang tidak menarik bagi O berubah jadi menarik.
2) P menunjukkan pada O akibat-akibat yang menyenangkan dari X.
3) P menciptakan nilai-nilai tambahan
buat O tentang X dengan menjanjikan hadiah (ganjaran) atau hukuman.
4) P meminta O melakukan X
5) P memerintahkan O melakukan X.
Dua
cara terakhir, yaitu permintaan (request) dan perintah (command),
masing-masing didasarkan pada sentimen dan kekuasaan. Permintaan dasarnya
adalah sentimen positif, di mana P bergantung pada O dalam mengharapkan hasil
X. Sebaliknya perintah didasarkan pada kekuasaan P terhadap O. O harus
melaksanakan apa yang diperintahkan P karena P dapat melakukan sesuatu yang mempengaruhi
O.
i. Keuntungan
dan kerugian
Jika
O melakukan apa yang diminta atau diperintahkan P, maka O memberi keuntungan (benefit)
kepada P karena ia memberikan X yang bernilai positif karena P. sebaliknya,
kalau O tidak melakukan apa yang diminta atau diperintahkan P, maka O akan
merugikan (barm) P, karena X yang bernilai positif tidak diperoleh P.
j.
Reaksi terhadap pengalaman orang lain
Persepsi terhadap pengalaman orang lain (o) menimbulkan reaksi yang oleh
psikologi common sense disebut “emosi”. Emosi ini ada yang concordant, ada yang
discordant. Emosi concordant ada dua macam yaitu: ikut bersuka (pengalaman
positif dari O berarti positif juga buat P) atau ikut berduka (pengalaman
negatif dari O menimbulkan pengalaman negatif pada P). Emosi yang discordant
juga ada dua macam yaitu: Iri hati (pengalaman positif O menyebabkan pengalaman
negatif pada P) dan kegembiraan yang jahil (pengalaman negatif O justru
menyebabkan pengalaman positif P)
Emosi yang concordant dikatakan oleh Heider sebagai ungkapan perasaan
simpati yang sejati. Perasaan simpati yang sejati perlu dibedakan dengan
gejolak emosi yang sesaat dalam arti bahwa simpati lebih dalam terkait dengan
perasaan-perasaan orang lain sedangkan gejolak emosi hanya berkaitan dengan
keadaan orang lain pada saatsaat tertentu saja.
Reaksi P terhadap pengalaman O
dipengaruhi oleh :
1)
Sentimen P terhadap O
2)
Pengalaman-pengalaman P sendiri
3)
Persamaan-persamaan P dengan O
C. Teori Mengenai Hubungan Interpersonal
Ada
beberapa teori yang menjelaskan mengenai hubungan interpersonal,
yaitu:
1. Model Pertukaran Sosial
Model ini memandang hubungan
interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang
lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Thibault dan
Kelley, dua orang pemuka dari teori ini menyimpulkan model pertukaran sosial
sebagai berikut: “Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah
bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan
sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi
ganjaran dan biaya”.
Ganjaran yang dimaksud adalah setiap
akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan.
Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai
yang dipegangnya. Sedangkan yang dimaksud dengan biaya adalah akibat yang
negatif yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha,
konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang
dapat menimbulkan efek-efek tidak menyenangkan.
2. Model Peranan
Model peranan menganggap hubungan
interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan
peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan
interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertidak sesuai dengan
peranannya.
3. Model Interaksional
Model ini memandang hubungan
interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat
strukural, integratif dan medan. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem
yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan.
Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderungan untuk memelihara dan
mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium dari sistem terganggu, segera akan
diambil tindakannya. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan
bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan.
D. Tujuan Komunikasi Interpersonal
Komunikasi
interpersonal mungkin mempunyai beberapa tujuan. Di sini akan dipaparkan 6 tujuan,
antara lain ( Muhammad, 2004, p. 165-168 ) :
a.
Menemukan
Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi
interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam
pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri
kita maupun orang lain.Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada
kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita.
Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan,
pikiran, dan tingkah laku kita sendiri.
b.
Menemukan
dunia luar
Hanya komunikasi
interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan
orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui
datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang
datang kepada kita dari media massa hal itu seringkali didiskusikan dan
akhirnya dipelajari.
c. Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang
Penuh Arti
Salah
satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan
dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi
interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan
orang lain.
d.
Berubah
Sikap Dan Tingkah Laku
Banyak waktu kita
pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan
interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya
mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca
buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah.
e. Untuk Bermain Dan Kesenangan
Bermain mencakup semua
aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara
dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pecan, berdiskusi
mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu
adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan
komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting
dalam pikiran.
f. Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan,
ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan komunikasi interpersonal dalam
kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga
berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari.
Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan
mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya.
E. Efektivitas
Komunikasi Interpersonal
Efektivitas Komunikasi
Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan
(openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif
(positiveness), dan kesetaraan (equality).( Devito, 1997, p.259-264 ).
1. Keterbukaan
(Openness)
Kualitas keterbukaan
mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama,
komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang
diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera
membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya
tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri
mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri
ini patut.
Aspek keterbukaan yang
kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap
stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada
umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi
secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal
ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan
ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan.Kita memperlihatkan keterbukaan
dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.
Aspek ketiga menyangkut
“kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam
pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan
adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk
menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya
(kata ganti orang pertama tunggal).
2. Empati (empathy)
Henry Backrack (1976)
mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang
sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang
lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah
merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah
merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama
dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama.
Orang yang empatik
mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka,
serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang.
Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
3. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal
yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness).
Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb.
Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang
tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1)
deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional,
bukan sangat yakin.
4. Sikap positif (positiveness)
4. Sikap positif (positiveness)
Kita mengkomunikasikan
sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1)
menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi
teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari
komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika
seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.
Kedua, perasaan positif
untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang
efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang
yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap
situasi atau suasana interaksi.
5. Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi,
barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih
kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak
pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari
ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila
suasananya setara. Artinya,, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua
pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai
sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
Dalam suatu hubungan interpersonal yang
ditandai oleh kesetaraan,
ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.
ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.
F. Tahap Hubungan Interpersonal
Adapun
tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal, yaitu:
1. Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga dengan
tahap perkenalan. Beberapa peneliti
telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase
kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap
informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali
secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. bila mereka merasa ada
kesamaan, mulailah dilakukan proses
mengungkapkan diri.
Pada tahap ini informasi yang dicari
meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan
sebagainya. Menurut Charles R. Berger
informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu:
a) informasi demografis; b) sikap dan pendapat (tentang orang atau objek); c)
rencana yang akan datang; d)kepribadian; e) perilaku pada masa lalu; f) orang
lain; serta g) hobi dan minat.
2. Peneguhan Hubungan
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat
statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan
interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan
keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu:
a) keakraban; b) kontrol; c)respon yang tepat; dan d) nada emosional yang
tepat.
a) Keakraban
Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan
akan kasih sayang. Hubungan interpersonal akan terperlihara apabila kedua belah
pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan.
b) Kontrol
Faktor kedua adalah kesepakatan tentang
siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana. Jika dua orang mempunyai
pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan, siapakah yang harus
berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan, dan siapakah yang dominan.
Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau tidak ada pihak
yang mau mengalah.
c) Ketepatan respon
Ketepatan respon Dimana, respon A harus
diikuti oleh respon yang sesuai dari B. Dalam percakapan misalnya, pertanyaan
harus disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa, permintaan keterangan
dengan penjelasan. Respon ini bukan saja berkenaan dengan pesan pesan verbal,
tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan yang serius dijawab dengan
main-main, ungkapan wajah yang bersungguh-sungguh diterima dengan air muka yang
menunjukkan sikap tidak percaya, maka hubungan interpersonal mengalami
keretakan. Ini berarti kita sudah memberikan respon yang tidak tepat.
d) Keserasian
Faktor terakhir yang dapat memelihara
hubungan interpersonal adalah keserasian suasana emosional ketika komunikasi
sedang berlangsung. Walaupun mungkin saja terjadi interaksi antara dua orang
dengan suasana emosional yang berbeda, tetapi interaksi itu tidak akan stabil.
Besar kemungkinan salah satu pihak akan mengakhiri interaksi atau mengubah
suasana emosi.
3. Pemutusan Hubungan
Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang
berjudul Conflict Among Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat
menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:
a.
Kompetisi dimana salah satu
pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain. Misalnya,
menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang lain.
b. Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain
sehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
c.
Kegagalan, dimana
masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak
tercapai.
d. Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu
yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e. Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak
sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.
G. Jenis Hubungan Interpersonal
Terdapat
beberapa jenis hubungan interpersonal, yaitu:
a) berdasarkan jumlah individu
yang terlibat
b) berdasarkan
tujuan yang ingin dicapai
c) berdasarkan
jangka waktu
d)
berdasarkan tingkat kedalaman atau keintiman.
Hubungan interpersonal berdasarkan
jumlah individu yang terlibat, dibagi menjadi 2, yaitu hubungan diad dan
hubungan triad. Hubungan diad merupakan hubungan atara dua individu. Kebanyakan
hubungan kita dengan orang lain bersifat diadik. William Wilmot mengemukakan
beberapa ciri khas hubungan diad, dimana setiap hubungan diad memiliki tujuan
khusus, individu dalam hubungan diad menampilkan wajah yang berbeda dengan
‘wajah’ yang ditampilkannya dalam hubungan diad yang lain, dan pada hubungan
diad berkembang pola komunikasi (termasuk pola berbahasa) yang unik/ khas yang
akan membedakan hubungan tersebut dengan hubungan diad yang lain. Sedangkan
hubungan triad merupakan hubungan antara tiga orang. Hubungan triad ini
memiliki ciri lebih kompleks, tingkat keintiman/ kedekatan anatar individu
lebih rendah, dan keputusan yang diambil lebih didasarkan voting atau suara
terbanyak (dalam hubungan diad, keputusan diambil melalui negosiasi).
Hubungan interpersonal berdasarkan
tujuan yang ingin dicapai, dibagi menjadi 2, yaitu hubungan tugas dan hubungan
sosial. Hubungan tugas merupakan sebuah hubungan yang terbentuk karena tujuan
menyelesaikan sesuatu yang tidak dapat dikerjakan oleh individu sendirian.
Misalnya hubungan antara pasien dengan dokter, hubungan mahasiswa dalam
kelompok untuk mengerjakan tugas, dan lain-lain. Sedangkan hubungan sosial
merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengan tujuan untuk menyelesaikan
sesuatu. Hubungan ini terbentuk (baik secara personal dan sosial). Sebagai
contoh adalah hubungan dua sahabat dekat, hubungan dua orang kenalan saat makan
siang dan sebagianya.
Hubungan interpersonal berdasarkan
jangka waktu juga dibagi menjadi 2, yaitu hubungan jangka pendek dan hubungan
jangka panjang. Hubungan jangka pendek merupakan hubungan yang hanya
berlangsung sebentar. Misalnya hubungan antara dua orang yang saling menyapa
ketika bertemu di jalan. Sedangkan hubungan jangka panjang berlangsung dalam
waktu yang lama. Semakin lama suatu hubungan semakin banyak investasi yang
ditanam didalamnya (misalnya berupa emosi atau perasaaan, materi, waktu,
komitmen dan sebagainya). Dan karena investasi yang ditanam itu banyak maka semakin
besar usaha kita untuk mempertahankannya.
Selain ketiga jenis hubungan
interpersonal yang sudah dijelaskan di atas, masih terdapat satu lagi jenis
hubungan interpersonal yang didasarkan atas tingkat kedalaman atau keintiman,
yaitu hubungan biasa dan hubungan akrab atau intim. Hubungan biasa merupakan
hubungan yang sama sekali tidak dalam atau impersonal atau ritual. Sedangkan
hubungan akrab atau intim ditandai dengan penyingkapan diri (self-disclosure).
Makin intim suatu hubungan, makin besar kemungkinan terjadinya penyingkapan
diri tentang hal-hal yang sifatnya pribadi. Hubungan intim terkait dengan
jangka waktu, dimana keintiman akan tumbuh pada jangka panjang. Karena itu
hubungan intim akan cenderung dipertahankan karena investasi yang ditanamkan individu
di dalamnya dalam jangka waktu yang lama telah banyak. Hubungan ini bersifat
personal dan terbebas dari hal-hal yang ritual.
H. Faktor Yang
Mempengaruhi Hubungan Interpersonal
Terdapat
beberapa hal yang mempengaruhi hubungan interpersonal, yaitu:
1. Komunikasi efektif
Komunikasi interpersonal dinyatakan
efektif bila pertemuan antara pemangku kepentingan terbangun dalam situasi
komunikatif—interaktif dan menyenangkan. Efektivitas komunikasi sangat
ditentukan oleh validitas informasi yang disampaikan dan keterlibatan dalam
memformulasikan ide atau gagasan secara bersama. Bila berkumpul dalam satu
kelompok yang memiliki kesamaan pandangan akan membuat gembira, suka dan
nyaman. Sebaliknya bila berkumpul dengan orang atau kelompok yang benci akan
membuat tegang resah dan tidak enak.
2. Ekspresi wajah
Ekspresi wajah menimbulkan kesan dan
persepsi yang sangat menentukan penerimaan individu atau kelompok. Senyuman
yang dilontarkan akan menunjukkan ungkapan bahagia, mata melotot sebagai
kemarahan dan seterusnya. Wajah telah lama menjadi sumber informasi dalam
komunikasi interpersonal. Wajah merupakan alat komunikasi yang sangat penting
dalam menyampaikan makna dalam beberapa detik raut wajah akan menentukan dan
menggerakkan keputusan yang diambil. Kepekaan menangkap emosi wajah sangat
menentukan kecermatan tindakan yang akan diambil.
3. Kepribadian
Kepribadian sangat menentukan bentuk
hubungan yang akan terjalin. Kepribadian mengekspresikan pengalaman subjektif
seperti kebiasaan, karakter dan perilaku. Faktor kepribadian lebih mengarah
pada bagaimana tanggapan dan respon yang akan diberikan sehingga terjadi
hubungan. Tindakan dan tanggapan terhadap pesan sangat tergantung pada pola
hubungan pribadi dan karakteritik atau sifat yang dibawanya.
4. Stereotyping
Stereotyping merupakan cara yang banyak
ditemukan dalam menilai orang lain yang dinisbatkan pada katagorisasi tertentu.
Cara pandang ini kebanyakan menimbulkan prasangka dan gesekan yang cukup kuat,
terutama pada saat pihak-pihak yang berkonflik sulit membuka jalan untuk
melakukan perbaikan. Individu atau kelompok akan merespon pengalaman dan
lingkungan dengan cara memperlakukan anggota masyarakat secara berbeda atau
cenderung melakukan pengelompokan menurut jenis kelamin, cerdas, bodoh, rajin,
atau malas. Penggunaan cara ini untuk menyederhanakan begitu banyak stimuli
yang diterimanya dan merupakan pengkatagorian pengalaman untuk memperoleh
informasi tambahan dengan segera.
5. Kesamaan karakter personal
Manusia selalu berusaha mencapai
konsistensi dalam sikap dan perilakunya atau kita cenderung menyukai orang
lain, kita ingin mereka memilih sikap yang sama dengan kita, dan jika menyukai
orang, kita ingin memilih sikap mereka yang sama. Orang-orang yang memiliki
kesamaan dalam nilai-nilai, norma, aturan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tingkat
sosial ekonomi, budaya,agama, ideologis, cenderung saling menyukai dan menerima
keberadaan masing-masing.
6. Daya tarik
Dalam hukum daya tarik dapat dijelaskan
bahwa cara pandang orang lain terhadap diri individu akan dibentuk melalui cara
berfikir, bahasa dan tindakan yang khas. Orang pintar, pandai bergaul, ganteng
atau cantik akan cenderung ditanggapi dan dinilai dengan cara yang menyenangkan
dan dianggap memiliki sifat yang baik. Meskipun apa yang disebut gagah, cantik
atau pandai bergaul belum disepakati, namun sebagian relatif menerima orang
sebagai pandai cantik atau gagah. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya
tarik seseorang baik fisik maupun karakter sering menjadi penyebab tanggapan
dan penerimaan personal. Orang-orang yang memiliki daya tarik cederung akan
disikapi dan diperlakukan lebih baik, sopan dan efektif untuk mempengaruhi
pendapat orang lain.
7. Ganjaran
Seseorang lebih menyenangi orang lain
yang memberi penghargaan atau ganjaran berupa pujian, bantuan, dorongan moral.
Kita akan menyukai orang yang menyukai dan memuji kita. Interaksi sosial
ibaratnya transaksi dagang, dimana seseorang akan melanjutkan interaksi bila
laba lebih banyak dari biaya. Bila pergaulan seorang pendamping masyarakat
dengan orang-orang disekitarnya sangat menyenangkan, maka akan sangat
menguntungkan ditinjau dari keberhasilan program, menguntungkan secara
ekonomis, psikologis dan sosial.
8. Kompetensi
Setiap orang memiliki kecenderungan atau
tertarik kepada orang lain karena prestasi atau kemampuan yang ditunjukkannya.
Masyarakat akan cenderung menanggapi informasi dan pesan dari orang
berpengalaman, ahli dan profesional serta mampu memberikan kontribusi secara
intelektual, sikap dan mampu memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi.
Dalam situasi krisis, para pihak yang berkonflik membutuhkan bantuan teknis dan
bimbingan dari individu yang dipercaya dan mampu menumbuhkan kerjasama untuk
mendorong penyelesaian.
Daftar Rujukan
Sarwono, Sarlito
Wirawan.2003.Teori-teori Psikologi Sosial.Jakarta:CV
Rajawali
di akses tanggal 10 september 2012 pukul
19.30
di akses tanggal 10 september 2012 pukul
19.45
diakses
tanggal 15 september 2012 pukul 19.20
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking